ads here

Tunda Menopause Dengan Rutin Konsumsi Sayur dan Minyak Ikan

advertise here
Sebuah riset menunjukkan, diet kaya sayuran dan minyak ikan dapat menunda menopause selama tiga tahun. Sementara itu, berlebihan mengonsumsi karbohidrat olahan seperti pasta dapat mempercepat datangnya menopause. Riset ini dilakukan oleh peneliti dari University of Leeds dengan mengumpulkan data lebih dari 14.000 wanita Inggris dari The UK Women's Cohort Study. Hasilnya, seperti dilansir laman the Independent, para peneliti menemukan, wanita pertama kali mengalami menopause pada usia rata-rata 51 tahun. Setelah menganalisis para wanita dalam riset ini selama empat tahun, peneliti menemukan 914 di antaranya mengalami menopause alami selama waktu ini.


Periset juga mendapatkan bukti bahwa konsumsi makanan tertentu dapat mempengaruhi usia, di mana mereka mulai mengalami gejala menopause. Sebagai contoh, mereka yang menerapkan diet berat dengan makanan seperti kacang, salmon, dan kacang polong cenderung lebih terlambat mengalami menopause. Sementara itu, mereka yang mengonsumsi makanan biasa seperti pasta dan nasi mengalami gejala menopause lebih awal 18 bulan. Riset ini telah dipublikasikan dalam Journal of Epidemiology and Community Health. Ini adalah penelitian pertama kali yang mempelajari hubungan antara menopause dan jenis makanan tertentu.

Periset juga menemukan, manfaat mengonsumsi 90 gram minyak ikan setiap hari yang dapat menunda menopause selama 3,3 tahun. Sementara itu, konsumsi sayuran segar dalam jumlah yang sama dapat menunda menopause hingga satu tahun. Konsumsi tinggi vitamin B6 dan zink juga memiliki khasiat yang sama. Riset ini juga mengklaim, rata-rata, wanita yang mempertahankan diet vegetarian mengalami menopause setahun lebih awal dari mereka yang mengonsumsi daging. Usia wanita mengalami menopause juga menjadi faktor penting bagi kesehatan. Menopause terkait dengan peningkatan risiko jantung. Sementara, menunda menopause, terkait dengan risiko kanker ovarium yang tinggi. "Usia saat dimulainya menopause memiliki implikasi kesehatan yang serius bagi sebagian wanita," ucap Janet Cade, salah satu periset.

Pemahaman yang jelas tentang bagaimana diet mempengaruhi gejala menopause akan sangat bermanfaat bagi mereka yang berisiko, atau memiliki riwayat penyakit tertentu. Khususnya penyakit yang berhubungan dengan menopause. Namun, mengingat penelitian ini bersifat observasional, para ahli menekankan agar hasil riset ini juga dapat diimbangi dengan mengurangi konsumsi garam. “Waktu menopause tergantung pada banyak faktor termasuk jumlah total sel telur yang dimiliki setiap wanita dalam ovarium mereka saat lahir.” Demikian dikatakan Saffron Whitehead, selaku profesor di St George’s University of London. Ada banyak protes tentang penelitian ini dan, sebagaimana diakui oleh para peneliti, riset ini hanyalah pengamatan. "Jadi, kita tidak bisa mengatakan bahwa makan lebih banyak anggur, minyak ikan, dan makanan dengan antioksidan dapat membuat perbedaan," tambah dia.