Memiliki kesibukan di zaman yang semakin berkembang membuat kita semakin merasakan pusing dan penat karena sering sekali mendengar suara hiruk pikuk kota yang tidak hanya suara kendaraan dan musik saja, suara orang-orang bahkan celotehan di dunia maya pun berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa disadari, kebisingan itu berdampak bagi kesehatan fisik dan psikologis. Salah satu pemicunya adalah peningkatan hormon kortisol dan adrenalin yang dalam jangka panjang menimbulkan peradangan dan merusak organ. Para ilmuwan menyebut, tingkat perilaku manusia yang dipicu oleh polusi kebisingan, misalnya pengendara yang tidak sabar, terus meningkat.
Ditambah lagi setiap hari kita juga disibukkan dengan ratusan email dan update dari media sosial, yang menambah level kebisingan mental dan stres fisik. Menurut Bart Kosko, Ph.D, hiruk pikuk suara dan stimulasi mental secara nonstop yang kita alami setiap hari memicu kondisi terbangun, seperti respon lawan atau tinggalkan saat kita terancam, yang dalam jangka panjang merusak kesehatan organ dalam. "Penelitian menunjukkan polusi suara adalah ancaman terbesar kedua setelah polusi udara. Kondisi ini terkait dengan kanker, penyakit jantung, dan depresi," kata Kosko, profesor yang banyak meneliti dampak kebisingan pada tubuh dan lingkungan. Ia menambahkan, manusia modern juga punya kebiasaan "ngemil informasi", yaitu mengonsumsi informasi online selama periode singkat beberapa kali dalam sehari.
"Ngemil informasi ini membuat kita susah fokus. Kita juga tidak bisa hadir secara utuh dalam sebuah momen karena kita teralihkan oleh ponsel dan tablet di sekitar kita," kata Kosko. Meditasi dan hening Terlalu banyak data bisa menyebabkan kelelahan yang tidak disadari. Tapi, akibat paling nyata adalah menurunnya kemampuan memecahkan masalah dan pengambilan keputusan. Untuk mengatasi kelelahan mental tersebut, Kosko merekomendasikan untuk puasa internet, media sosial, dan juga televisi, secara berkala. Sebagian orang sudah melakukannya. Pengalaman instruktur yoga dari New York, Nikki Vilella, bisa menjadi inspirasi. Ia tidak menyentuh ponsel sama sekali tiap Sabtu. Sehari-hari ia hanya melihat ponsel pada pagi dan malam hari.
"Di antara waktu tersebut saya bisa melakukan banyak hal. Memikirkan diri sendiri, hubungan, dan sebagainya. Jika kita selalu terhubung dengan informasi, kita tak akan punya kesempatan untuk merefleksikan apa yang kita alami," katan Vilella. Melakukan meditasi, walau hanya beberapa menit, setiap hari juga membantu menenangkan otak, menurunkan stres, mengurangi kecemasan, dan meningkatkan rentang pusat perhatian. "Meditasi juga membantu kita dalam menghadapi kebisingan dan stres, karena kita melatih otak kita untuk melawan gangguan," kata Kosko. Sebagai hasilnya, kita pun tidak akan merasa terburu-buru mengecek ponsel begitu ada notifikasi masuk. Menyadari betapa lelahnya manusia modern, saat ini keheningan menjadi komoditas baru. Kursus meditasi yang mengajarkan cara kita hening menjamur.
Bandara internasional, termasuk London, Barcelona, Warsawa, dan Hesinki, juga mulai mengganti pengumuman dari pengeras suara menjadi layar yang hening dan aplikasi. Beberapa restoran juga memilih membatasi jumlah tamunya demi menjaga ketenangan dan kenyamanan selama bersantap. Di beberapa kantor juga disediakan "kursi tenang" untuk karyawan yang ingin menyepi. Ini bukan berarti kita menjadi antisosial, tapi banyak orang memang mulai haus akan keheningan. Secara mental kita butuh untuk jeda demi kesehatan fisik.